Sibolangit| Wartapoldasu.id– Di tengah duka dan keprihatinan atas bencana longsor di Sibolangit, 27 Nopember 2024 Sumatera Utara, terdapat kisah inspiratif dari Rita Armelia dan Rosalind Arme, dua korban selamat yang berbagi nasi bungkus kepada para relawan dan korban yang masih terjebak di seputaran tanjakan Tirtanadi.
“Kami melihat banyak relawan dan korban yang kelelahan dan lapar. Kami ingin sedikit meringankan beban mereka dengan berbagi makanan,” ujar Rita Armelia, sambil membagikan nasi bungkus kepada para relawan.
Kisah heroik Rita dan Rosalind menunjukkan semangat gotong royong dan kepedulian di tengah bencana. Namun, di balik aksi mulia ini, terdapat keprihatinan mendalam atas kondisi jalur yang sangat berbahaya di sepanjang tikungan naik Sembahe sampai tanjakan Tirtanadi.
“Sudah bertahun-tahun jalur ini dibiarkan berbahaya. Seolah-olah nyawa manusia jadi mainan. Padahal ini jalur ekonomi aktif Medan-Berastagi,” ungkap Rosalind Arme, yang hampir menjadi korban longsor bersama keluarga.
“Kami menyerukan kepada pemerintah untuk segera membangun tembok penahan yang tinggi di sepanjang jurang. Tembok setinggi 15 meter seperti di Kuala Lumpur menuju Genting, semua jurang harus ditembok dan dibeton lalu dipasang jaring beton baja,” tegas Rosalind.
Bencana longsor di Sibolangit menewaskan 10 jiwa yang kami lihat langsung, kemungkinan masih ada yang lain yang tidak kami ketahui. “Kami sekeluarga hampir mati, yang langsung di depan mata kami ada 10 korban meninggal, ditempat lain mungkin masih ada”, ujar Rosalind dengan nada pilu.
Tragedi ini mengingatkan kita akan pentingnya keselamatan jalan dan tanggung jawab pemerintah dalam menjaga keselamatan warga. Semoga kejadian ini menjadi pelajaran berharga agar bencana serupa tidak terulang lagi. (Red)